Pneumonia adalah penyakit radang pada jaringan parenkim paru-paru. Penyakit ini merupakan infeksi berat yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Di Eropa dan amerika utara insindensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
Pada saat mendiagnosis pneumonia, seorang dokter harus mendasarkan pada anamnesis (wawancara dengan pasien) dan pemeriksaan fisik. Jika perlu dilakukan foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium. Pada anak-anak, umur merupakan faktor penting dalam penegakan diagnosis. Pneumonia pada neonatus (bayi baru lahir) berusia kurang dari tiga minggu biasanya ditularkan dari ibunya ketika lahir. Penyebab tersering adalah Escherichia coli, Streptokokus grup B, dan Listeria monocytogenes. Pada usia 3 minggu sampai usia 3 bulan penyebab utama pnemonia adalah bakteri Streptokokus pneumoniae dan virus. Penyebab tersering pneumonia pada usia 4 bulan sampai 5 tahun adalah virus, yaitu jenis respiratory syncytial virus (RSV).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis pneumonia pada anak adalah demam, sianosis (kebiruan, terutama pada bibir), dan lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa disebut dengan distress respirasi) berikut: napas cepat (takipnea), batuk, pernapasan cuping hidung (ujung hidung kembang kempis saat bernapas), retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat suara tambahan dalam bernapas. Jika sudah bisa berkomunikasi/berbicara, anak akan mengeluhkan sesak napas.
Pada saat pemeriksaan dokter anda akan menanyakan beberapa hal penting, yaitu umur anak, status imunisasi (sudah pernah diimunisasi atau belum), riwayat pemondokan di RS, perkiraan sumber penularan, penggunaan obat yang telah diberikan. Hal ini penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat .
Pneumonia harus dicurigai pada anak kurang dari 2 tahun jika terdapat gejala takipnea. Berdasarkan kriteria WHO, disebut takipnea jika pernapasan lebih dari 60 kali per menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali permenit pada bayi 2-12 bulan, lebih dari 40 kali permenit pada anak umur 1-5 tahun, dan lebih dari 30 kali permenit pada anak lebih dari 5 tahun. Penghitungan napas dilakukan tepat selama satu menit.
Pemeriksaan Tambahan
Pada kebanyakan anak, pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab tidaklah sangat perlu untuk dilakukan. Pemeriksaan diperlukan jika terdapat gejala yang berat, pada pasien rawat inap, atau pada keadaan komplikasi beberapa penyakit.
Pemeriksaan Roentgen dada juga tidak perlu dilakukan secara rutin. Indikasi pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fisik yang meragukan, pneumonia yang timbul dalam jangka lama (tidak sembuh-sembuh), pneumonia yang tidak responsif dengan pemberian antibiotik, dan kemungkinan adanya komplikasi seperti efusi pleura (terdapatnya cairan di pleura, lapisan pembungkus paru-paru).
Terapi
Keputusan pemilihan terapi didasarkan pada umur anak, temuan klinis, dan faktor-faktor epidemiologis. Penggunaan antibiotik mutlak dilakukan pada pneumonia yang disebabkan bakteri. Pada keadaan tertentu diperlukan rawat inap.
Bayi kurang dari 3 minggu dengan tanda-tanda distres respirasi harus dirujuk ke rumah sakit, dengan asumsi penyebab adalah bakteri, kecuali terbukti adanya sebab lain. Kultur darah, urin dan cairan serebrospinal (cairan otak) harus dilakukan. Terapi menggunakan ampicillin dan gentamycin juga harus segera dimulai.
Bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang dicurigai terkena pneumonia bakterial juga memerlukan perhatian khusus, terutama jika terdapat demam, takipnea, atau tampak sangat lemah. Pada keadaan ini juga diperlukan rawat inap. Terapi inisial diawali dengan cefuroxime atau cefotaxime. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah kultur darah, urin, dan cairan serebrospinal; pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis leukosit; serta pemeriksaan foto dada. Jika sudah stabil, pengobatan dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.
Pada pasien usia 4 bulan sampai 5 tahun diperlukan rawat inap apabila terdapat tanda hipoksia, atau respirasi lebih dari 70 kali permenit. Indikasi lain di antaranya sulit/sesak napas, napas mengorok, kesulitan pemberian makan, dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Virus merupakan penyebab utama terjadinya pneumonia pada kelompok umur ini. Penyebab tersering lain adalah bakteri pneumokokus. Sehingga, pemberian antibiotik secara empiris pada kelompok umur ini dapat pula dilakukan. Pada kelompok ini penyakit biasanya didahului dengan serangan batuk dan pilek. Terapi empiris biasanya dilakukan menggunakan amoxicillin dan diberikan terapi inisiasi dengan ceftriaxone dosis tunggal. Pasien mondok diterapi dengan cefuroxime atau cefotaxime. Jika anak telah stabil dan tidak demam, dilanjutkan dengan terapi oral dan dapat dipulangkan.
Pada anak yang lebih besar (5 tahun ke atas) penyebab yang signifikan adalah streptokokus. Pada anak perlu dilakukan rawat inap jika terdapat tanda hipoksia, sianosis (kebiruan), respirasi lebih dari 50 kali permenit, sulit bernapas (sesak napas), dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Terapi yang diberikan adalah cefuroxime atau cefotaxime. Jika telah stabil, dapat diganti dengan terapi oral dan dapat dipulangkan.
Pencegahan
Imunisasi pada bayi telah terbukti dapat mengurangi resiko terjangkitnya pneumonia. Vaksinasi yang terkait penyakit ini adalah DPT, Campak, HiB, influenza dan varicella (cacar air). Vaksinasi DPT dan campak termasuk dalam imunisasi dasar lengkap program pemerintah, yang terdapat di puskesmas dan posyandu. Sedangkan HiB, influenza dan cacar air juga direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), sementara ini masih agak kurang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.
Penyakit ini merupakan air-borne disease, yaitu menular melalui udara. Menggunakan masker pada saat terserang flu dan batuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit ini pada anak. Memisahkan kamar anak, atau menjauhkan sementara anak yang sakit juga akan mengurangi risiko penularan.
Pada saat mendiagnosis pneumonia, seorang dokter harus mendasarkan pada anamnesis (wawancara dengan pasien) dan pemeriksaan fisik. Jika perlu dilakukan foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium. Pada anak-anak, umur merupakan faktor penting dalam penegakan diagnosis. Pneumonia pada neonatus (bayi baru lahir) berusia kurang dari tiga minggu biasanya ditularkan dari ibunya ketika lahir. Penyebab tersering adalah Escherichia coli, Streptokokus grup B, dan Listeria monocytogenes. Pada usia 3 minggu sampai usia 3 bulan penyebab utama pnemonia adalah bakteri Streptokokus pneumoniae dan virus. Penyebab tersering pneumonia pada usia 4 bulan sampai 5 tahun adalah virus, yaitu jenis respiratory syncytial virus (RSV).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis pneumonia pada anak adalah demam, sianosis (kebiruan, terutama pada bibir), dan lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa disebut dengan distress respirasi) berikut: napas cepat (takipnea), batuk, pernapasan cuping hidung (ujung hidung kembang kempis saat bernapas), retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat suara tambahan dalam bernapas. Jika sudah bisa berkomunikasi/berbicara, anak akan mengeluhkan sesak napas.
Pada saat pemeriksaan dokter anda akan menanyakan beberapa hal penting, yaitu umur anak, status imunisasi (sudah pernah diimunisasi atau belum), riwayat pemondokan di RS, perkiraan sumber penularan, penggunaan obat yang telah diberikan. Hal ini penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat .
Pneumonia harus dicurigai pada anak kurang dari 2 tahun jika terdapat gejala takipnea. Berdasarkan kriteria WHO, disebut takipnea jika pernapasan lebih dari 60 kali per menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali permenit pada bayi 2-12 bulan, lebih dari 40 kali permenit pada anak umur 1-5 tahun, dan lebih dari 30 kali permenit pada anak lebih dari 5 tahun. Penghitungan napas dilakukan tepat selama satu menit.
Pemeriksaan Tambahan
Pada kebanyakan anak, pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab tidaklah sangat perlu untuk dilakukan. Pemeriksaan diperlukan jika terdapat gejala yang berat, pada pasien rawat inap, atau pada keadaan komplikasi beberapa penyakit.
Pemeriksaan Roentgen dada juga tidak perlu dilakukan secara rutin. Indikasi pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fisik yang meragukan, pneumonia yang timbul dalam jangka lama (tidak sembuh-sembuh), pneumonia yang tidak responsif dengan pemberian antibiotik, dan kemungkinan adanya komplikasi seperti efusi pleura (terdapatnya cairan di pleura, lapisan pembungkus paru-paru).
Terapi
Keputusan pemilihan terapi didasarkan pada umur anak, temuan klinis, dan faktor-faktor epidemiologis. Penggunaan antibiotik mutlak dilakukan pada pneumonia yang disebabkan bakteri. Pada keadaan tertentu diperlukan rawat inap.
Bayi kurang dari 3 minggu dengan tanda-tanda distres respirasi harus dirujuk ke rumah sakit, dengan asumsi penyebab adalah bakteri, kecuali terbukti adanya sebab lain. Kultur darah, urin dan cairan serebrospinal (cairan otak) harus dilakukan. Terapi menggunakan ampicillin dan gentamycin juga harus segera dimulai.
Bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang dicurigai terkena pneumonia bakterial juga memerlukan perhatian khusus, terutama jika terdapat demam, takipnea, atau tampak sangat lemah. Pada keadaan ini juga diperlukan rawat inap. Terapi inisial diawali dengan cefuroxime atau cefotaxime. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah kultur darah, urin, dan cairan serebrospinal; pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis leukosit; serta pemeriksaan foto dada. Jika sudah stabil, pengobatan dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.
Pada pasien usia 4 bulan sampai 5 tahun diperlukan rawat inap apabila terdapat tanda hipoksia, atau respirasi lebih dari 70 kali permenit. Indikasi lain di antaranya sulit/sesak napas, napas mengorok, kesulitan pemberian makan, dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Virus merupakan penyebab utama terjadinya pneumonia pada kelompok umur ini. Penyebab tersering lain adalah bakteri pneumokokus. Sehingga, pemberian antibiotik secara empiris pada kelompok umur ini dapat pula dilakukan. Pada kelompok ini penyakit biasanya didahului dengan serangan batuk dan pilek. Terapi empiris biasanya dilakukan menggunakan amoxicillin dan diberikan terapi inisiasi dengan ceftriaxone dosis tunggal. Pasien mondok diterapi dengan cefuroxime atau cefotaxime. Jika anak telah stabil dan tidak demam, dilanjutkan dengan terapi oral dan dapat dipulangkan.
Pada anak yang lebih besar (5 tahun ke atas) penyebab yang signifikan adalah streptokokus. Pada anak perlu dilakukan rawat inap jika terdapat tanda hipoksia, sianosis (kebiruan), respirasi lebih dari 50 kali permenit, sulit bernapas (sesak napas), dan pengawasan yang kurang dari keluarga. Terapi yang diberikan adalah cefuroxime atau cefotaxime. Jika telah stabil, dapat diganti dengan terapi oral dan dapat dipulangkan.
Pencegahan
Imunisasi pada bayi telah terbukti dapat mengurangi resiko terjangkitnya pneumonia. Vaksinasi yang terkait penyakit ini adalah DPT, Campak, HiB, influenza dan varicella (cacar air). Vaksinasi DPT dan campak termasuk dalam imunisasi dasar lengkap program pemerintah, yang terdapat di puskesmas dan posyandu. Sedangkan HiB, influenza dan cacar air juga direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), sementara ini masih agak kurang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.
Penyakit ini merupakan air-borne disease, yaitu menular melalui udara. Menggunakan masker pada saat terserang flu dan batuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit ini pada anak. Memisahkan kamar anak, atau menjauhkan sementara anak yang sakit juga akan mengurangi risiko penularan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar